TEMPO.CO, Jayapura -
Kepolisian Daerah Papua membantah telah terjadi pembunuhan massal yang
dilakukan aparat terhadap warga di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Dalam
Laporan Komite Nasional Papua Barat, disebut 11 orang tewas dan 30 orang
dewasa hilang.
"Tidak benar. Kalau itu benar, sudah pasti akan menggegerkan dunia persilatan. Saya juga dihubungi beberapa media menanyakan hal yang sama, tapi itu tidak benar," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Polisi, I Gede Sumerta Jaya, Sabtu, 25 Mei 2013.
Ia mengatakan kabar pembunuhan massal bisa jadi merupakan isu yang diembuskan pihak tertentu untuk mencari sensasi. "Puncak Jaya itu sulit dimasuki. Kalau benar ada pembunuhan, mana buktinya? Kan, tidak ada," ujarnya.
Menurut dia, tak mungkin kejadian sebesar itu tak diketahui kepolisian. "Satu orang meninggal saja sudah heboh diberitakan. Tidak benar itu," ucapnya.
Kabar penghilangan warga di Puncak Jaya dilaporkan KNPB Wilayah Puncak Jaya, sebagaimana termuat dalam knpbnews.com tanggal 22 Mei 2013. "Ya, dan kami masih dalami ini. Saya juga mendapat informasi dari lapangan bahwa ada belasan orang meninggal dan puluhan hilang," kata Jonah Weyah, juru bicara Dewan Militer Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka.
Ia menegaskan pemerintah Indonesia semestinya segera membuka ruang perundingan membahas status Papua. Sekaligus menghentikan aksi represif yang selama ini menelan ribuan korban. "Harus diinvestigasi. Saya kira kabar ini merusak citra aparat Indonesia yang selalu menembak orang Papua," ujarnya.
Dalam laporan KNPB, peristiwa penghilangan berlangsung sejak tanggal 1 April 2013. Laporan yang belum dapat diverifikasi itu menyebutkan sejumlah wanita diperkosa dan beberapa orang dewasa dibunuh. "Mayatnya dibuang di semak-semak. Sda juga anak-anak takut dan lari hingga terjatuh di Kali Yamo. Dementara seorang siswa SMA ditangkap dan disiksa selama dua minggu, kemudian dimutilasi," ujarnya.
JERRY OMONA
"Tidak benar. Kalau itu benar, sudah pasti akan menggegerkan dunia persilatan. Saya juga dihubungi beberapa media menanyakan hal yang sama, tapi itu tidak benar," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Polisi, I Gede Sumerta Jaya, Sabtu, 25 Mei 2013.
Ia mengatakan kabar pembunuhan massal bisa jadi merupakan isu yang diembuskan pihak tertentu untuk mencari sensasi. "Puncak Jaya itu sulit dimasuki. Kalau benar ada pembunuhan, mana buktinya? Kan, tidak ada," ujarnya.
Menurut dia, tak mungkin kejadian sebesar itu tak diketahui kepolisian. "Satu orang meninggal saja sudah heboh diberitakan. Tidak benar itu," ucapnya.
Kabar penghilangan warga di Puncak Jaya dilaporkan KNPB Wilayah Puncak Jaya, sebagaimana termuat dalam knpbnews.com tanggal 22 Mei 2013. "Ya, dan kami masih dalami ini. Saya juga mendapat informasi dari lapangan bahwa ada belasan orang meninggal dan puluhan hilang," kata Jonah Weyah, juru bicara Dewan Militer Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka.
Ia menegaskan pemerintah Indonesia semestinya segera membuka ruang perundingan membahas status Papua. Sekaligus menghentikan aksi represif yang selama ini menelan ribuan korban. "Harus diinvestigasi. Saya kira kabar ini merusak citra aparat Indonesia yang selalu menembak orang Papua," ujarnya.
Dalam laporan KNPB, peristiwa penghilangan berlangsung sejak tanggal 1 April 2013. Laporan yang belum dapat diverifikasi itu menyebutkan sejumlah wanita diperkosa dan beberapa orang dewasa dibunuh. "Mayatnya dibuang di semak-semak. Sda juga anak-anak takut dan lari hingga terjatuh di Kali Yamo. Dementara seorang siswa SMA ditangkap dan disiksa selama dua minggu, kemudian dimutilasi," ujarnya.
JERRY OMONA
0 komentar:
Posting Komentar